sekolah dan pesantren
Padukan Konsep Pendidikan Ponpes dan Umum
Written by Administrator Wednesday, 06 June 2007
Laporan/Editor: Abdul Karim
BATANGHARINUBAN - Pesantren cenderung diasumsikan sebagai institusi pendidikan alternatif kedua (second hand). Karena secara umum, materi pendidikan yang diterapkannya memprioritaskan agama saja (spiritual). Ditambah lagi, ketradisionalan metode yang dijalankan dalam proses belajar mengajarnya.Demikian ungkap Ketua Panitia Seminar Manajemen Pendidikan Jamaluddin, E.F. di Pondok Pesantren Hidayatus Salafiyyah Batangharinuban, Lampung Timur, kemarin. ’’Pesantren sebagian besar belum menerapkan sistem manajemen pendidikan secara modern. Lebih-lebih dalam sistem pendidikan di Indonesia yang cenderung berubah-ubah,” ujarnya, kemarin.Dicontohkannya, kurikulum cara belajar siswa aktif (CBSA) saja hasilnya belum maksimal sudah berubah menjadi kurikulum berbasis kompetensi (KBK). Lalu sekarang, ada lagi penawaran baru kembali ke metode kurikulum berbasis sekolah atau kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP).’’Hal ini justru menambah rumitnya dinamika persoalan di tubuh institusi-institusi yang ada di Indonesia. Berbagai kebijakan yang dianggap strategis oleh pemerintah mengenai kebijakan pendidikan nasional yang cenderung berubah-ubah justru menimbulkan persoalan yang besar, khususnya yang dihadapi para institusi pendidikan,” sesalnya.Akan tetapi, imbuhnya, di pesantren justru hal-hal tersebut tidak menjadi suatu paradigma yang berarti. Karena pada dasarnya, pesantren sudah mengaktualisasikan manajemen pendidikan meskipun belum pada tahap manajemen pendidikan yang modern.Secara praktik ada beberapa poin keunggulan yang diterapkan pesantren dengan ciri khasnya. Disebutkannya, pesantren lebih unggul pada bidang spiritual, tapi dari aspek sains dan teknologi sedikit mengalami hambatan. Sementara di sisi lain, institusi-institusi umum memiliki keunggulan pada bidang sains dan teknologi.’’Persoalannya, bagaimana mengolaborasikan dua sisi keunggulan tersebut menjadi satu format manajemen pendidikan. Ibarat mata uang yang memiliki dua sisi berbeda tapi tetap satu (memiliki nilai yang sangat berarti, Red),” tukasnya.Menyikapi hal tersebut, lanjutnya, British Council bekerja sama dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Jakarta dan Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Lampung menyelenggarakan Seminar Manajemen Pendidikan—transformasi manajemen pendidikan di Inggris. Tujuannya memadukan dua konsep manajemen pendidikan di Indonesia.Tampil dua pemateri dalam seminar yang dihadiri 40 perwakilan ponpes se-Provinsi di Ponpes Hidayatus Salafiyyah, kemarin. Masing-masing Dr. Syamsuri Ali (praktisi pendidikan) dan Jamaludin (alumnus program Management Educated University of Leeds, UK, 2007). Seminar sendiri dibuka Kakanwil Departemen Agama Provinsi Lampung Drs. H. Basyuni T. Kahuripan.
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda